Sabtu, 29 Juni 2013

Pertanyaan absurd soal jodoh dan tulang rusuk



" Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.“(HR. Al-Bukhori no 3331 dan Muslim no. 3632)

Sebelumnya sering ada pertanyaan aneh yang tiba tiba sering muncul karena lagunya Lastchild feat Giselle “Seluruh Nafas Ini”, Siapa sebenarnya wanita yang merupakan bagian dari tulang rusuk saya? Kalau wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, berarti jumlah tulang rusuk pria dan wanita tidak sama? Kalau jodoh itu memang merupakan tulang rusuk, bagaimana dengan pria beristri lebih dari satu, apa berarti ada lebih dari satu tulang rusuk yang hilang dari pria tersebut? Kalau pria menikah lebih dari sekali, karena si istri meninggal terlebih dahulu, apa almarhumah istri bukan bagian dari tulang rusuk si pria?Lalu bagian dari tulang rusuk siapakah si almarhumah istri jika suaminya kemudian menikah lagi? Apakah jodoh itu benar benar berarti bagian dari tulang rusuk yang hilang?

Sebelum menjawab pertanyaan absurd diatas, ada baiknya kalian dan saya, bagi yang muslim, setelah menjawab, membaca kalimat syahadat lagi, untuk mengurangi resiko karena memikirkan hal hal absurd dan aneh. . .

Siapakah sebenarnya wanita yang merupakan bagian dari tulang rusuk saya? Ini pertanyaan konyol, hanya waktu yang bisa menjawabnya, dan itu entah kapan, maka belum bisa dijawab berarti. . .

Kalau wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, berarti jumlah tulang rusuk pria dan wanita tidak sama? Dari mas Wikipedia ditulis “Dalam anatomi, tulang rusuk atau iga (Latin: costae adalah tulang panjang yang melengkung dan membentuk rongga rusuk.) Tulang rusuk melindungi dada (Latin: thorax), paru-paru, jantung, hati, dan organ dalam lainnya di rongga dada. Pada mamalia, tulang rusuk terdapat hanya di bagian dada. Namun pada reptil, tulang rusuk kadang-kadang terdapat dari bagian leher hingga sacrum. Terdapat beberapa jenis ikan yang dapat memiliki hingga 4 rusuk pada setiap tulang punggung. Manusia (baik pria dan wanita) memiliki 24 tulang rusuk (12 pasang). Hal ini pertama kali dikemukakan oleh Vesalius pada 1543 untuk menyelesaikan kontroversi yang terjadi pada saat itu. Jelas jawabannya tulang rusuk pria dan wanita sama jumlahnya kan. . .

Kalau jodoh itu memang merupakan tulang rusuk, bagaimana dengan pria beristri lebih dari satu, apa berarti ada lebih dari satu tulang rusuk yang hilang dari pria tersebut? Tergantung bagaimana kita mengartikannya, kalau secara harfiah iya, tapi yang jelas ini hanya sebuah perumpamaan saja. Konsep tulang rusuk, jika Tuhan memang menciptakan  Hawa dari tulang rusuk Adam, maka jelas 1 wanita adalah diciptakan dari 1 pria, karenanya tiap orang hanya mempunyai satu jodoh (sekali lagi ini menurut saya), dan itu artinya dari berapapun istri si pria, hanya satu yang benar benar merupakan jodohnya, ini menurut saya. . . Jadi kalau kasusnya seperti di bawah, konsep jodoh adalah sehidup semati, jodoh akan berakhir jika salah satu mati, karena yang masih hidup kemungkinan besar akan menemukan jodohnya yang lain..

Kalau pria menikah lebih dari sekali, karena si istri meninggal terlebih dahulu, apa almarhumah istri bukan bagian dari tulang rusuk si pria?Lalu bagian dari tulang rusuk siapakah si almarhumah istri jika suaminya kemudian menikah lagi? Dengan konsep diatas, diulangi lagi, satu wanita untuk satu pria, satu wanita merupakan jodoh atau belahan jiwa dari seorang pria. Saya sendiri juga agak bingung, menurut pendapat saya, sepanjang umur si istri sampai meninggal, dia adalah jodoh si suami, tapi untuk jangka waktu samapai si istri meninggal, jika kemudian suami menikah lagi, ada kemungkinan dia menemukan jodohnya yang lain, selama masa hidup si suami, karena ada kemungkinan kasusnya sama jika suami yang meninggal terlebih dahulu. Si Suami adalah jodoh dari si istri sampai dia meninggal, kemudian jodohnya yang lain masih ada dan hidup di dunia…

Apakah jodoh itu benar benar berarti bagian dari tulang rusuk yang hilang? Konsep tulang rusuk adalah jodoh, jodoh adalah sehidup semati, jadi jika manusia mengharapkan jodoh adalah satu seumur hidup,kalimatnya benar. Selama hidup, dia adalah jodoh, jadi ketika ikatan kehidupan itu lepas, ikatan jodoh itu berakhir, itu menurut saya. Karena sekali lagi, banyak cerita tentang jodoh diakhiri ketika maut memisahkan, ketika ajal sudah menjemput, meskipun sekarang kenyataannya, banyak yang mengatasnamakan cinta dan jodoh untuk sesaat saja. 

Sudah, cari ilmu saja dulu, siapa tahu jodohmu, ada ditempatmu mencari ilmu, atau cari kerja saja dulu, siapa tahu, jodohmu ada ditempat kerjamu. .

Jumat, 21 Juni 2013

Orang Orang Baik yang Mendahului Saya. . .



Berbicara soal kematian, seperti berbicara tentang kapan dan bagaimana kita berbicara dengan Tuhan. Tidak ada yang tahu, meskipun itu pasti. Kadang kematian itu begitu membuat heran, karena dengan alasan alasan yang kurang logis, beberapa bisa selamat dari kematian, namun beberapa dengan mudahnya menjemput maut. Pun begitu, misteri tentang mati yang mendadak, bagi orang Jawa hanya bisa dihitung setelah si empunya meninggal. Hitung hitungan hari lahir dari weton dan sebangsanya berujung pada tanggal si mati. Wallahualam bissawab. . . .

Beberapa dari orang baik ini, sudah mendahului saya menghadapnya, beberapa pula masih berusia muda, beberapa telah lanjut memaknai kehidupan.

Mbah Atmo, sosok yang ingat wajahnyapun saya tak mampu. Yang saya tahu ketika masih kecil, beliau lah yang sering menggendong dan ngemong saya. Maklum, beliau adalah pemilik rumah dimana ayah dan ibu saya mengontrak dulu. Mbah Atmo membuka warung kopi dan itu bisa terlihat dari desain rumah dengan dua pintu dan papan yang bisa dibuka macam warung. Itu saja yang saya ingat, dan satu lagi, saat beliau meninggal, usia saya baru 3 atau 4 tahun…..

Mbah Abu Darin , beliau adalah tetangga belakang rumah yang sering datang dan mengobrol disebelah rumah itu. Usianya sudah sangat sepuh, waktu itu saya masih SD. Saya ingat ketika beliau bercerita ketika zaman Belanda dan Jepang. Pengalaman beliau rupanya begitu luas. Saya terkagum kagum dengan ceritanya. Yang saya ingat, selalu saja saya diberi permen DAVOS oleh beliau. Itu lho,permen yang gedenya seperti uang logam, warna putih dan rasanya  mint sekali. . . Mbah Abu meninggal ketika saya masih SD, meninggalkan istri beliau, mbah putri yang sudah lama sakit. Siapa yang tahu mbah Abu yang selalu terlihat sehat itu malah pergi lebih dahulu meninggalkan sang istri yang lama sakit. . . 

Suharyono, adalah kawan saya SMP sejak kelas satu sampai kelas tiga. Meskipun kami sekelas, jarang rasanya saya mengobrol akrab dengan dia. Mungkin karena dia orangnya pendiam dan terlalu nerimo. Orangnya sederhana dan tidak neko neko, termasuk cukup pintar juga dikelas. Suharyono meninggal ketika kelas 2 SMA, meninggal karena tenggelam. Sungguh mulia, almarhum meninggal di hari jumat, ketika akan mandi di sungai untuk jumatan. Waktu itu almarhum sedang kemah, dan bermaksud untuk mencari tempat mandi agar bisa segera jumatan. Subhanallah. Sayangnya baru seminggu setelahnya, saya bersama teman SMP bisa ke rumah almarhum dan pergi ke makamnya…

Sementara, Esa adalah adik kelas saya ketika SMA. Saya mengenalnya ketika dia menjadi junior saya di ekstra pramuka. Esa orangnya cantik dan ceplas ceplos. Pembawaannya ceria dan mudah bergaul. Ternyata ketika kuliah, dia juga menjadi adik angkatan, satu fakultas, beda jurusan tapi masih satu prodi. Esa meninggal karena kecelakaan ketika selesai KKN PPL. Waktu itu banyak anak kampus dan teman teman SMA yang dating melayat, termasuk guru dan dosen kami. Tak menyangka saja, maut begitu cepat datang, membawa orang orang baik macam Esa.

Almarhum dan Almarhumah bukan saudara saya. Mereka adalah orang orang baik, yang terlalu baik malah, sampai Tuhan terlalu sayang mereka dan cepat meminta mereka ke sisiNya. Bahkan menurut saya, beberapa dari mereka memenuhi criteria bahagia menurut idola saya, Soe Hok Gie “……….bahagialah mereka yang mati muda”.  Meskipun begitu, mereka semua, adalah orang baik, orang yang tidak bisa segera dilupakan oleh mereka yang ditinggalkan. Mereka adalah manusia pilihan, yang hidup untuk untuk memberi banyak pengalaman dan kenangan , bagi kami yang masih mengarungi kerasnya kehidupan. . . .

Jumat, 14 Juni 2013

Pak Harto “piye kabare? (isih) penak jamanku to?”



Aneh juga melihat rakyat zaman sekarang merindukan pemimpin yang dahulu mereka paksa untuk turun setelah 32 tahun berkuasa. Mungkin yang namanya cinta baru terasa jika kehilangan juga berlaku pada rakyak kecil alias wong cilik. Tengok saja, dari sekian banyak stiker Pak Harto yang tertempel, pasti lebih banyak terdapat pada angkutan tua, mulai dari mobil tua, pick up tua, angkot tua dan pokoknya yang tua tua. Bagian belakang dari kendaraan itu pasti terdapat wajah familiar dengan senyum khas, mengangkat jempol dan ada tulisan “ PIYE KABARE? (ISIH) PENAK JAMANKU TO?”. Ah romantisme masa lalu……

Lalu sebenarnya apa sih sebenarnya maksud dari munculnya stiker stiker tersebut? Dikutip dari http://www.solopos.com/2013/05/21/gagasan-rindu-kepada-pak-harto-408471 tulisan dari Tundjung W Sutirto, Pemerhati budaya dan Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret, “Menurut Sigmund Freud, seorang ahli jiwa awal abad ke-20, fenomena seperti itu secara kejiwaan adalah sebuah id di antara ego dan superego.  Orang melakukan sebuah tindakan karena di alam bawah sadar menginginkan kembalinya keromantisan yang menyebabkan seseorang (masyarakat) merasa happy.

Fenomena maraknya stiker bergambar Pak Harto tersebut bagi sebagian masyarakat menjadi simbol protes sosial. Masyarakat protes dengan membuat komparasi antarperiode kekuasaan yang notabene belum tentu kekuasaan pada masa lalu itu juga enak. Tetapi, simbol-simbol protes itu semakin mendapat tempat di hati masyarakat tatkala logika-logika kondisi berbangsa dan bernegara secara kontemporer semakin resisten. Dari hari ke hari resistensi sosial terhadap politik semakin jelas dengan semakin banyaknya warga yang memilih menjadi bagian dari golongan putih (golput)—tak menggunakan hak pilih–pada setiap pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah.

Ketika di setiap pemilihan gubernur atau pilgub (mungkin termasuk Pilgub Jawa Tengah) angka golputnya tinggi, sudah pasti ada resistensi yang tinggi dan hal ini tidak dapat dianggap sebuah masa yang enak jika dibandingkan pada zaman Pak Harto dulu. Konstruksi pemikiran masyarakat yang gandrung Pak Harto dengan memasang gambar berwujud stiker tersebut jelas logika yang berbalik dengan suatu keadaan di era sekarang.

Pada masa Pak Harto soal pilgub tidak serumit saat ini. Pilgub zaman Pak Harto dulu amat sederhana, tidak seperti sekarang ketika setiap pemilihan kepala daerah penuh dengan trik, intrik dan kepalsuan. Hasil pemilihan kepala daerah saat sekarang di samping menghabiskan energi juga kemudian malah melahirkan raja-raja kecil yang merasa lebih berkuasa daripada presiden. Mungkin tingginya angka golput di setiap pilgub di seluruh provinsi di Indonesia menjadi logika pembenar bahwa zaman Pak Harto dulu lebih enak.

Bagi masayarakat yang gandrung masa Pak Harto juga merekonstruksi fakta bahwa tata hubungan bermasyarakat dan berbangsa lebih enak dulu daripada sekarang. Dalam kurun waktu 20 tahun pemerintahan Pak Harto (1978-1998), jarang terjadi keributan antarsuku, antargeng, antarpreman apalagi antarkampung, tawuran pelajar, pembakaran masjid, sampai soal teroris.

Premanisme, anarkisme, brutalisme pada zaman Pak Harto jelas ”digebug” (istilah yang dipakai Pak Harto dulu) dan diproses sekalipun dilakukan secara tertutup. Sedangkan tindakan vigilante (pembangkangan sipil) pasti ditangani secara represif. Pada masa Pak Harto juga ada korupsi. Tetapi, mungkin dipaksa bungkam atau entah sebab yang lain. Yang jelas, korupsi tidak vulgar, tidak terjadi secara masif dan bergerombolan seperti saat ini.

Zaman sekarang justru menjadi lebih enak bagi koruptor karena sekalipun tertangkap tangan masih bisa dengan enak tersenyum dan melambaikan tangan. Vonis pidananya amat ringan, bahkan dengan berbagai dalil koruptor bisa bebas atau setidaknya tidak tidur di penjara. Banyak kaum muda seusia Gayus H Tambunan yang lihai bermain jurus-jurus korupsi. Ukuran enak di zaman Pak Harto tentu soal ekonomi dan kebutuhan sandang. Harga dan bahan-bahan kebutuhan pokok relatif aman, terjamin dan terkendali.

Meskipun penghasilan rata-rata pada masa Pak Harto masih kecil, namun dibandingkan dengan harga-harga masih terjangkau. Kondisi itu terbalik dengan sekarang. Meskipun gaji dan penghasilan rata-rata sudah naik,  ternyata lebih besar lagi kenaikan harga-harga sehingga daya beli rupiah terhadap kebutuhan pokok menjadi lemah.

Pada zaman Pak Harto posisi Indonesia dalam soal hubungan dalam kawasan regional maupun internasional disegani kawan dan lawan. Indonesia saat itu memiliki politisi dan negarawan ulung yang dikenang sepanjang masa oleh kawan dan lawan baik di dalam maupun luar negeri. Tidak seperti sekarang, negara menghadapi ancaman seperatisme dalam negeri dan pelecehan oleh negara tetangga.

Jadi, ketika di masyarakat saat ini muncul kerinduan kepada Pak Harto melalui gambar stiker atau di meda sosial, itu sebenarnya bentuk sindiran yang di dalamnya ada protes terhadap rezim kontemporer yang berkuasa. Ini tidak dapat disalahkan dan kalau semakin hari kondisi bangsa dan negara semakin menuju negara gagal, kerinduan itu akan semakin besar dan Pak Harto dengan segala kelebihan dan kekuranganya pada zamannya akan ”hidup kembali”.

Nah merasa mendapat sedikit pencerahan? Intinya dalam sejarah, siklus kekuasaa dan kemakmuran suatu Negara adalah 100 tahun, setiap 100 tahun, tahap perjuangan,pembangunan, kemunduran dan kehancuran berulang setiap 25 tahun. Di Indonesia, yang belum 100 tahun mengalami kemerdekaan, sama saja, Orde Lama (saya lebih suka menyebutnya sebagai masa pemerintahan Soekarno, karena penyebutan Orde ini hanya akal akalan pemerintahan selanjutnya) bias dianggap sebagai masa perjuangan. 20an tahun itu sudah cukup bagi kita berjuang dan meraba arah perjuangan kita.

Sementara 32 tahun Soeharto, itu sudah mencakup dua masa, masa pembangunan dan kemunduran. 20 tahun pertama pembangunan berlandaskan hutang memang cukup membuat Indonesia ini semakin terlihat wah , apalagi bagi rakyat kecil. Kesalahan elementer adalah seperti dimana kekuasaan itu memabukkan, sesuatu yang sudah digenggam dan tak ikhlas dilepaskan begitu saja, maka masa selanjutnya, kemunduran mulai dirasakan. Tahun 1990 an mungkin menjadi sebuah titik balik. Perlahan namun pasti kemerosotan ekonomi bias dirasakan. Namun lagi lagi, rakyat kecil tertipu dengan segala sesuatu yang dianggap murah.

Reformasi adalah masa 20 tahun keempat sampai sekarang. Ini fase kehancuran, wajar saja dengan keadaan sekarang ini. Meskipun namanya saja reformasi, keadaannya hanya berubah sedikit. Berubah namanya saja, berubah sistemnya, tetapi tidak memudahkan. Pertarungan politik boleh saja berlangsung keras, bahkan seperti yang kita alami ketika aksi reformasi 1998, hingga menelan korban jiwa yang cukup banyak. Tentu, dalam kondisi negara yang terancam gagal orang mencari alternatif-alternatif pencerahan. Salah satunya adalah kemunculan kembali kecenderungan keromantisan terhadap masa lampau yang mungkin dirasakan lebih enak dibandingkan dengan masa kini.

Jadi menurut anda, enakan mana?

Kamis, 13 Juni 2013

Mau cari uang atau mau cari pahala?



Sekedar share pengalaman pribadi sebagai jobseeker sekaligus pengangguran yang hidupnya terlunta lunta dari satu jobfair ke jobfair lain. Mungkin pertanyaan diatas agak janggal kalau yang mengucapkan itu saya atau kita yang belum mapan secara financial, kalau menurut istilah film Punk In Love adalah swasembada. Namanya manusia, apalagi pengangguran, begitu mendengar kata jobfair pasti senangnya bukan main. Bayangannya pasti tinggal siapin CV, lamaran, dipanggil, psikotest, interview dan tanda tangan kontrak. Wajar. Manusiawi. Tidak ada bedanya. Semua Sama. 

Tanggal 12 Juni 2013, di Gedung Mandala Bakti Wanitatama, diadakan jobfair oleh Disnakertrans Yogyakarta. Alhamdulillah, ada seorang sahabat baik yang mengajak saya kesana. Biasalah, sebagai jobseeker, khayalan mulai muncul begitu sampai disana. Bayangan yang muluk muluk mulai beterbangan. Singkatnya, sampai disana, bersama seseorang yang jangan disebut namanya, ini rahasia saya dan dia, mulailah kami berkeliling gedung Balai Shinta, tempat Jobfair. Selidik punya selidik, usut punya usut, lelah juga, sementara sahabat saya yang satu itu bergerak lincah di sela keramaian mencari job vacancy yang tersedia, saya sibuk memperhatikan sekitar. Bukan takut ilang, bukan cari mangsa, sekedar iseng saja.

Iseng itu ternyata ada manfaatnya. Di stand sebelah, sebuah perusahaan investasi yang kelihatan lumayan terkenal dan elit, dan lumayan ramai pengunjung. Ada seorang mas mas penjaga stan yang lumayan rapi dan necis dengan panjang lebar menerangkan jobdesk dan beberapa hal kepada jobseeker lain. Bukannya berniat menguping, memang jarak saya lumayan dekat dengan mereka.

Mbak : (reka ulang percakapan oleh saya sendiri tanpa mengurangi isi) jadi ini sebenarnya halal ga sih mas?
Mas : (jawabannya jelas saya dengar) lha kamu mau cari uang atau mau cari pahala??
Mas dan mbak : (dua duanya tertawa pelan, dan selanjutnya focus saya sudah tidak tertuju pada mereka)

Saya tidak ingin membahas tentang investasinya itu halal atau haram, karena jelas berdasar apa yang telah saya pelajari sebelum menulis ini, investasi dari perusahaan tersebut adalah halal. Yang saya garis bawahi, adalah ”MAU CARI UANG ATAU CARI PAHALA? . .. . 

UANG ATAU PAHALA, uang atau pahala, kita kerja cari uang atau cari pahala, uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Sama saja. Orang bisa hidup tanpa pahala, tapi tanpa uang?. Bisa, tapi sengsara.

Maka ketetapan saya berubah sejak itu, saya harus cari uang ya cari pahala, meskipun itu berarti berat dan harus selektif memilih. Banyak pekerjaan yang menjanjikan uang berlimpah, tapi memiliki konsekuensi menjadikan tiap gram daging yang tumbuh dari makanan dari uang tersebut menjadi tidak barokah. Saya juga tidak mau anak anak saya nanti tumbuh dengan uang yang tidak barokah, paling tidak di masa yang serba tidak jelas, pandangan tentang masa depan sudah diwujudkan.
Bismillahirrohmanirrohiim.

PS:  Berdoa semoga musafir satu ini mendapatkan kesempatan menjadi musafir sesungguhnya, menjadi Musafir yang membawa petunjuk . .