Rabu, 07 Agustus 2013

Teka Teki Nasib dan Cara Tuhan Menjawabnya


Beberapa pertanyaan sering timbul bagi saya ketika dihadapkan pada keputusan keputusan sulit. Misalnya tentang masa depan dan tentang perasaan hati. Dua hal ini kadang begitu sulit diterima ketetapan dari Tuhan. Misalnya dalam beberapa hal ini, tentang yang namanya ketetapan Tuhan tentang nasib seseorang. Nasib seseorang terkadang jadi misteri. Ambil contoh saja menjelang Lebaran ini. Pertemuan dengan teman lama untuk sekedar menanya kabar jelas tak bisa dihindari. Dan beberapa, tentang nasib seringkali membuat kita membelalakkan mata. Beberapa kawan masa SMA dan SMP yang dulu terlihat culun sederhana dan pendiam, kini berubah drastis dari segi penampilan. Beberapa malah sudah mapan dengan keluarga kecilnya dan terlihat sangat bahagia. Berbeda dengan saya dan beberapa kawan yang dahulu terlihat nge- woow, sering gonta ganti pasangan, sekarang ini masih stagnan. Masih jadi mahasiswa, kalaupun  sudah lulus belum mendapatkan pekerjaan. Ditambah lagi masih belum menemukan pasangan. Hahaha semua hal yang cukup ditertawakan sekarang ini.

Mengenai satu hal lagi, umur, beberapa kawan yang saya kenal ternyata memiliki umur yang lebih singkat daripada kami semua. Kawan yang dahulu terlihat sehat tiba tiba saja jatuh sakit dan meninggal. Belum lagi dengan kawan yang dahulu belum begitu kita kenal keberadaannya, beberapa baru kita paham setelah tidak ada di dunia. Tuhan lebih sayang mereka, Tuhan memanggil mereka lebih cepat, Bahagialah mereka disana, Bahagialah mereka yang mati muda.

Roda nasib seperti punya cara untuk dkaitkaitkan satu dengan yang lain. Baru beberapa bulan lalu hubungan saya kandas dengan seorang wanita. Mulanya saya berfikir kenapa ini harus terjadi, sementara saya masih begitu menyayanginya. Hubungan yang sudah terjalin cukup lama malah berakhir dengan sebuah hal yang kurang mengenakkan, meskipun orang tuanya dalam ini ibunya, sudah menganggap saya seperti anak sendiri. Tetapi hidup harus tetap berjalan, silaturahmi tetap harus dijalankan, keluarga mereka tetap jadi bagian dari keluarga kedua saya.

Jawaban akhirnya saya temukan beberapa bulan setelahnya, di bulan Ramadhan ini. Di tengah seleksi wawancara SM3T yang saya jalani – catatan: SM3T adalah program mengajar bagi lulusan kependidikan dari DIKTI untuk mengajar dipelosok Indonesia selama satu tahun dengan kompensasi pendidikan profesi guru ketika selesai – sebuah pertanyaan dari tim pewawancara mengusik hati saya. “Apabila anda dihadapkan pada kondisi anda sudah ditempatkan didaerah, sementara tiba tiba pacar atau tunangan meminta anda kembali karena dia akan dijodohkan dengan orang lain, apa yang anda lakukan”??. Langsung saja pertanyaan ini membuat pikiran saya menerawang ke belakang, ke masa dimana saya masih memiliki pasangan. Memang sebuah pilihan sulit, pilihan yang sama sama memberatkan. Teman sebelah saya, seorang perempuan, langsung terlihat gelisah dengan pertanyaan yang mengejutkan itu. Usut punya usut, kondisi itu mungkin akan dialaminya, karena sang tunangan, sudah mapan dan siap menikah.

Kembali disini cara Tuhan untuk ikut campur dalam semua permasalahan manusia menemui jawaban. Akan lebih ikhlas dan mudah bagi saya jika menjalani program SM3T ini tanpa ada satu hal yang memberatkan dari pasangan. Sudah banyak cerita tentang kisah pengajar muda SM3T yang cintanya kandas karena kurang komunikasi, bukan disengaja, karena memang daerah tujuan kami nantinya adalah benar benar daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Kekurangan fasilitas yang mungkin akan membuat kami merasa terisolasi, listrik, telepon sinyal dan keramaian. Hem satu kemudahan lagi dari Tuhan untuk menjalani hidup yang tanpa saya sadari pernah saya sesali. Gusti Allah niku mboten sare. . . .