Beberapa pertanyaan
sering timbul bagi saya ketika dihadapkan pada keputusan keputusan sulit.
Misalnya tentang masa depan dan tentang perasaan hati. Dua hal ini kadang
begitu sulit diterima ketetapan dari Tuhan. Misalnya dalam beberapa hal ini,
tentang yang namanya ketetapan Tuhan tentang nasib seseorang. Nasib seseorang
terkadang jadi misteri. Ambil contoh saja menjelang Lebaran ini. Pertemuan
dengan teman lama untuk sekedar menanya kabar jelas tak bisa dihindari. Dan
beberapa, tentang nasib seringkali membuat kita membelalakkan mata. Beberapa
kawan masa SMA dan SMP yang dulu terlihat culun sederhana dan pendiam, kini
berubah drastis dari segi penampilan. Beberapa malah sudah mapan dengan
keluarga kecilnya dan terlihat sangat bahagia. Berbeda dengan saya dan beberapa
kawan yang dahulu terlihat nge- woow, sering gonta ganti pasangan, sekarang ini
masih stagnan. Masih jadi mahasiswa, kalaupun
sudah lulus belum mendapatkan pekerjaan. Ditambah lagi masih belum
menemukan pasangan. Hahaha semua hal yang cukup ditertawakan sekarang ini.
Mengenai satu hal lagi,
umur, beberapa kawan yang saya kenal ternyata memiliki umur yang lebih singkat
daripada kami semua. Kawan yang dahulu terlihat sehat tiba tiba saja jatuh
sakit dan meninggal. Belum lagi dengan kawan yang dahulu belum begitu kita
kenal keberadaannya, beberapa baru kita paham setelah tidak ada di dunia. Tuhan
lebih sayang mereka, Tuhan memanggil mereka lebih cepat, Bahagialah mereka
disana, Bahagialah mereka yang mati muda.
Roda nasib seperti
punya cara untuk dkaitkaitkan satu dengan yang lain. Baru beberapa bulan lalu
hubungan saya kandas dengan seorang wanita. Mulanya saya berfikir kenapa ini
harus terjadi, sementara saya masih begitu menyayanginya. Hubungan yang sudah
terjalin cukup lama malah berakhir dengan sebuah hal yang kurang mengenakkan,
meskipun orang tuanya dalam ini ibunya, sudah menganggap saya seperti anak
sendiri. Tetapi hidup harus tetap berjalan, silaturahmi tetap harus dijalankan,
keluarga mereka tetap jadi bagian dari keluarga kedua saya.
Jawaban akhirnya saya
temukan beberapa bulan setelahnya, di bulan Ramadhan ini. Di tengah seleksi
wawancara SM3T yang saya jalani – catatan: SM3T adalah program mengajar bagi
lulusan kependidikan dari DIKTI untuk mengajar dipelosok Indonesia selama satu
tahun dengan kompensasi pendidikan profesi guru ketika selesai – sebuah pertanyaan
dari tim pewawancara mengusik hati saya. “Apabila anda dihadapkan pada kondisi
anda sudah ditempatkan didaerah, sementara tiba tiba pacar atau tunangan
meminta anda kembali karena dia akan dijodohkan dengan orang lain, apa yang
anda lakukan”??. Langsung saja pertanyaan ini membuat pikiran saya menerawang
ke belakang, ke masa dimana saya masih memiliki pasangan. Memang sebuah pilihan
sulit, pilihan yang sama sama memberatkan. Teman sebelah saya, seorang
perempuan, langsung terlihat gelisah dengan pertanyaan yang mengejutkan itu.
Usut punya usut, kondisi itu mungkin akan dialaminya, karena sang tunangan,
sudah mapan dan siap menikah.
Kembali disini cara
Tuhan untuk ikut campur dalam semua permasalahan manusia menemui jawaban. Akan
lebih ikhlas dan mudah bagi saya jika menjalani program SM3T ini tanpa ada satu
hal yang memberatkan dari pasangan. Sudah banyak cerita tentang kisah pengajar
muda SM3T yang cintanya kandas karena kurang komunikasi, bukan disengaja,
karena memang daerah tujuan kami nantinya adalah benar benar daerah terdepan,
terluar dan tertinggal. Kekurangan fasilitas yang mungkin akan membuat kami
merasa terisolasi, listrik, telepon sinyal dan keramaian. Hem satu kemudahan
lagi dari Tuhan untuk menjalani hidup yang tanpa saya sadari pernah saya
sesali. Gusti Allah niku mboten sare. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar