Selasa, 10 Januari 2012

HANNIBAL BARCA ,PENAKLUK EROPA YANG TERLUPAKAN

Sekilas Hannibal Barca
Bangsa Phunisia, diperkirakan berasal dari Lembah sungai Nil, Eufrat dan Tigris. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa Orang Phunisia berasal dari wilayah Suriah. Bangsa Phunisia dikenal sebagai pedagang dan pelaut yang ulung. Keberhasilan ini mendorong mereka melakukan kolonisasi, dariwilayah Mediterania Timur hingga Afrika dengan Kartago sebagai yang utama. Kartago adalah sebuah kota kuno di Afrika Utara, yakni di sisi timur Danau Tunis, sekarang dekat kota Tunis di Tunisia. Istilah Kartago juga digunakan untuk kawasan pengaruh dari peradaban Kartago pada masa lampau. Kartago didirikan sekitar abad ke 9 SM, masyarakat penyokong peradabannya adalah bangsa Phunisia yang menyebar dari daerah pesisir Asia Kecil (sekarang Lebanon), menyusuri pantai Afrika utara hingga ke Pulau Malta, Sisilia dan Sardinia. Kartago kemudian menjadi basis untuk mendirikan Kerajaan Kartago yang menguasai daerah Mediterania. Keberadaan Kartago menjadi ancaman bagi Republik Romawi di utara, tepatnya ItaliaKota ini kemudian menjadi kaya dan besar serta memiliki pengaruh yang kuat di Laut Tengah sampai dengan kehancurannya di Perang Punisia III. Meski demikian, Roma kemudian mendirikan kembali kota ini dan menjadikannya sebagai salah satu kota terpenting di Kerajaan Romawi sebelum kemudian kembali hancur untuk kedua kalinya[1].
Hannibal Barca (247 SM-183 SM) adalah seorang pemimpin militer di Perang Punisia Kedua dan seorang politisi, kelak dia juga bekerja di profesi yang lain, dia disebut-sebut sebagai salah satu dari pemimpin perang terhebat sepanjang sejarah. Dia hidup saat waktu tegang di Mediterania, ketika Romawi (lalu republik Romawi) membangun kekuatannya melewati kekuatan besar lain seperti Kartago, Macedonia, Syracuse, dan kerajaan Seleucid[2]. Dia adalah salah satu pemimpin Kartago yang paling terkenal. Pencapaiannya yang paling besar adalah ketika meletusnya Perang Phunisia, ketika dia membawa pasukan yang mengandung gajah perang dari Iberia melewati Pyrenees dan Alps sampai bagian utara Itali.
Bangsanya, Phunisia, adalah bangsa yang kaya, gagah perkasa. Menguasai laut tengah. Sebagai bangsa pedagang, mereka menjelajahi lautan, mengumpulkan kekayaan dan menguasai perdagangan di laut tengah yang makmur. Tapi diseberang lautan sana, ada sebuah bangsa yang sedang tumbuh. Mereka menerapkan demokrasi yang diadopsi dari Yunani, menjadi republik sebelum akhirnya ratusan tahun kemudian Augustus mencengkeram dan meminta dijadikan kaisar. Bangsa yang gagah perkasa ini memulai ekspansinya, menaklukkan wilayah sekitarnya. Roma berhasrat untuk menjadi yang nomor satu, penguasa disemua bidang. Dan itu tak bisa hanya dipenuhi dengan kuat saja tapi juga harus kaya. Dan dimasa itu, satu-satunya jalan untuk menjadi kaya adalah dengan menguasai perdagangan. Tapi disini sudah ada bangsa lain, Phunisia. Maka Romawi mengerahkan seluruh kekuatannya menyerang Kartago, ibukota Phunisia. Ini seperti pertaruhan terakhir. Siapa yang menang akan menjadi penguasa laut tengah. Dan Phunisia kalah. Kartago hancur lebur. Kekayaannya diambil paksa. Dan walaupun Kartago tak berakhir, seluruh dunia tahu siapa penguasa sesungguhnya
Selama invasinya di Italia, dia mengalahkan prajurit Romawi di beberapa pertempuran, termasuk yang di Sungai Trebia, Trasimene dan Cannae. Sesudah Cannae, kota terbesar di Itali yaitu Capua mengikuti Hannibal melalui penyebrangan dari Roma. Hannibal kekurangan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menembus kota Roma yang sangat dipertahankan. Dia membangun prajurit di Italia lebih dari satu dekade sesudah itu, tidak pernah lupa kewajiban utamanya, tetapi tidak pernah bisa menekan perang sampai menghasilkan kepastian. Selama periode itu, prajurit Romawi kembali berkumpul. Invasi balasan dari Romawi di Afrika Utara memaksa dia untuk kembali ke Kartago, dimana dia dikalahkan di pertempuran Zama. Kekalahan itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim dia ke pengasingan. Selama pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, dia lebih memilih melakukan bunuh diri daripada setuju untuk menyerah[3] 
Kehidupan Hannibal
Hannibal adalah anak tertua dari Hamilcar Barca. Hamilcar menambahkan wilayah-wilayah baru  kerajaan Phunisia. Sejarawan Romawi Livy menyebutkan bahwa ayah Hannibal memaksa anaknya untuk berjanji meneruskan kebencian terhadap Roma. Ini mungkin sebuah pembenaran, tapi mungkin ada beberapa kebenaran dalam cerita: orang Kartago memiliki alasan yang sangat baik untuk membenci musuh-musuh mereka.
Ketika Hamilcar meninggal (229), Hannibal masih dianggap belum mampu meneruskan kekuasaan ayahnya, maka politikus Hasdrubal Fair , mengambil alih komando. Gubernur baru mencoba memperkuat  posisi Kartago dengan cara diplomatik, antara yang kawin campur antara Kartago dan Iberia. Hannibal dinikahkan dengan seorang putrid dari sana ,yang membuat pengaruhnya cukup kuat di Iberia..
Pada tahun 221, Hasdrubal dibunuh dan oleh para prajurit Kartago , Hannibal yang memiliki pengaruh di Iberia terpilih sebagai komandan mereka, Tahun berikutnya, ia dikepung Saguntum, sekutu Romawi.. Sejak Roma diduduki dengan tidak mampu untuk mendukung kota, Saguntum jatuh setelah blokade delapan bulan atas kota itu. Hal ini menimbulkan kontroversi karena sebelumnya telah ada perjanjian tentang Saguntum dan penyerangan Saguntum merupakan pelanggaran dari perjanjian antara Hasdrubal dan Republik Romawi. Masalah ini menjadi berlarut larut dan tidak terselesaikan dan menjadi awal perang Phunisia ke 2. Faktanya adalah, bagaimanapun, bahwa orang-orang Romawi merasa tersinggung, dan menuntut Hannibal untuk diekstradisi oleh pemerintah Kartago[4].
Hannibal merasa malu dan tidak dihargai. Kemenangannya dalam perang tidak dianggap. Bagaimanapun dia adalah jenderal Phunisia saat itu. Dan Hannibal pun bersumpah akan mengalahkan Romawi ditanahnya langsung dan mengembalikan kejayaan negeri Phunisia. Hannibal tahu dia tak akan menang jika berkonfrontasi langsung. Maka dia ingin mencoba menyerang dari dua arah. Dari laut dan dari darat. Dari laut langsung ke kota Roma, dan dari darat dari belakang punggung Romawi di daratan Eropa. Masalahnya Phunisia di benua Afrika dan Romawi di benua Eropa. Bagaimana peperangan ini bisa berlangsung? 
Peperangan dengan Roma
Hannibal membawa pasukannya menyeberangi selat Gilbratar dan mendarat di semenanjung Iberia yang tentu saja saat itu masih kosong tak berpenghuni. Kemudian Hannibal berkonsolidasi. Kebetulan di Iberia, kaya dengan pertambangan perak dan bijih besi. Maka perlahan-lahan ia bisa mengumpulkan kekayaan, memperkuat pasukannya dan memperluas kekuasaan Phunisia. Dari semenanjung Iberia, ia bergerak, berhasrat mencapai mimpinya untuk menguasai Romawi.
Ternyata disini ketangguhannya teruji. Kekuasaan Phunisia meluas. Ia tak terkalahkan. Namanya pun menjadi harum, ia sangat di puja di negeri asalnya. Di masa ketika kekayaan dan kekuatan dipandang lebih baik dari segalanya, maka sang pemenang pun akan terbang ke langit. Namanya tak cuma populer di Phunisia. Romawi sebagai musuhnya juga merasakan hal yang sama. Bedanya, disini namanya di sebut dengan penuh ketakutan. Sebab musuh yang mengancam tak hanya ada di ujung laut sana tetapi juga ada di belakang daratan. Maka para senator pun berunding mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan. Tak ada jalan lain, Hannibal harus dihentikan. Maka senator Scipio ditunjuk sebagai komandan Romawi[5].
Ketika masih ada pertentangan tentang nasibnya di Kartago, Hannibal terus memperluas wilayah dan kekuatan wilayah Kartago: maka ia menunjuk saudaranya Hasdrubal  sebagai komandan di Iberia, dan pada bulan Mei 218 ia menyeberangi sungai Ebro untuk menyelesaikan penaklukan Semenanjung Iberia .Setelah mendengar berita itu, Roma menyatakan Perang Phunisia Kedua dan dikirim bala bantuan ke Sisilia, di mana mereka bias memecahkan kekuatan Kartago dan bias menguasainya.
Hannibal memberhentikan pasukannya di Catalonia, dan memutuskan untuk meneruskan perang dengan sebuah cita cita menginvasi Italia. Dalam sebuah gerakan kilat, ia menyeberangi Pyrenees dengan 50.000 tentara infanteri, 9.000 kavaleri dan 37 gajah, dan berikutnya, ia menyeberangi sungai Rhône (di Arausio, modern Orange ), mengangkut gajah di seberang air di rakit besar. Dan dengan tekad yang kuat, melawan dinginnya salju  ia menyeberangi pegunungan Alpen. Pada bulan Oktober 218, 38.000 tentara dan 8.000 telah mencapai dataran sepanjang sungai Po di sekitar kota Turin Italia. Dataran sepanjang Po dihuni oleh Galia yang baru saja mengalami peperangan dengan Roma, dan dan bersedia berganbung dengan pasukan Hannibal
Bangsa Romawi menyadari bahaya yang mungkin ditimbulkan Hannibal dengan dukungan Galia menjadi pemberontakan, dan segera mengirim pasukan untuk mencegah hal ini,. Tetapi dalam keterlibatan kavaleri di sungai Ticinus (timur Turin), orang Kartago mengalahkan lawan Romawi. Segera, sekitar 14.000 Galia sukarela untuk bergabung dengan peperangan di bawah Hannibal. Berkat bantuan mereka, Hannibal meraih kemenangan kedua di sungai Trebia (Barat Piacenza modern), mengalahkan tentara Romawi yang telah dilengkapi dengan pasukan yang telah dikirim ke Sisilia awal tahun (Desember 218).
Pada awal musim semi 217, Hannibal meninggalkan kuartal musim dingin di Bologna, melintasi Apennines dan Etruria rusak (Tuscany modern).  Dalam peperangan, ia kehilangan mata (meskipun beberapa sejarawan mengklaim bahwa ia menderita opthalmia). Bangsa Romawi melakukan serangan balasan dengan kekuatan 25.000 orang, tetapi konsul dan pemimpin mereka , Gayus Flaminius, dikalahkan dan dibunuh dalam serangan antara bukit dan danau Trasimene[6] .
Pada 216, Romawi memutuskan waktu itu telah datang untuk memecahkan masalah dengan satu pertempuran besar. Tidak mengambil risiko, dua konsul mengirim tentara tidak kurang dari 80.000 orang, sementara itu tentara Hannibal dihitung sekitar 50.000 orang. Pada bulan Juli, Roma ditembaki tentara Kartago di lingkungan Cannae di pantai timur Italia; Strategi Hannibal sukses. Dia membiarkan pasukan Romawi menyerang ke tengah pasukaknnya, sementara perlahan pasukan kavaleri Kartago mengepung dari arah samping. Sehingga lama kelamaan pasukan Roma terkepung ditengah dan dengan mudah dihancurkan.
Sardinia memberontak; Capua menjadi ibukota Hannibal di Italia. Kakaknya Mago Barca dikirim ke Kartago untuk mengumumkan kemenangan ini. Dia membuat semua terkesan ketika ia menuangkan ratusan cincin emas yang diambil dari tubuh Romawi yang tewas dan meletakkannya pintu masuk gedung Senat Kartago.
Namun, Senat menolak untuk berdamai dan sekutu terdekat Roma, orang-orang di Italia tengah, tetap setia. Oleh karena itu, Hannibal mendukung strategi yang lebih besar untuk membuat Roma kehilangan kekuatan. Di musim dingin, ia melancarkan serangan diplomatik, dan pada 215 dia mendapatkan sebuah aliansi dengan raja Philip V dari Makedonia . Syracuse menjadi Kartago sekutu dalam 214.
Sementara itu, Roma medapatkan kembali kepercayaannya. Hannibal mencoba untuk mengulangi lagi seperti Cumae dan Putioli akan tetapi tidak berhasil gagal. Hannibal menyadari ada masalah dan memutuskan bahwa ia harus meninggalkan serangan di Italia tengah. Dia telah di Italia selama hampir empat tahun, dan pasukannya masih membutuhkan bantuan. Karena itu, ia mengalihkan perhatiannya ke Italia selatan, di mana ia menguasai Tarentum dan beberapa pelabuhan lain (213), memfasilitasi pasokan tentara baru dari Makedonia dan Kartago. Roma membalas ini dengan membangun aliansi dengan kota-kota Yunani di Aetolia; Liga Aetolian memulai perang melawan Makedonia. Walaupun Kartago mengirimkan pasukan ke Sisilia , Hannibal sendiri tidak pernah cukup mendapatkan bantuan[7].
Pada tahun 212, Roma mampu mengambil inisiatif lagi dan mulai memotong suplai kekuatan Hannibal. Pertama, Roma mengirim pasukan untuk merebut kembali Syracuse dan Capua. Syracuse kembali memasuki aliansi Romawi. Pengepungan Capua berlangsung untuk waktu yang lama dan sepertinya berakhir dengan kegagalan, tetapi Hannibal sadar bahwa pasukannya tidak akan dapat menahannya. Karena itu ia mencoba untuk memaksa musuh-musuhnya untuk meningkatkan pengepungan mereka dengan serangan pengalih di Roma sendiri. Dia berkemah di depan dinding Roma , tapi Roma tahu kota mereka tidak bisa diambil. Mereka melanjutkan pengepungan Capua, dan mampu merebutnya pada 211.
Perlahan-lahan, Roma mendorong Hannibal selatan. Pada tahun 209, mereka merebut kembali Tarentum. Hannibal menyadari situasi menjadi sulit dan pemerintahnya tidak mau risiko dengan mengirim tentara tambahan. Oleh karena itu, Hannibal memutuskan untuk meminta bantuan dari saudaranya Hasdrubal , yang masih memimpin pasukan Iberia. Kali ini, Roma tidak terkejut oleh invasi Kartago di Alpen: Hasdrubal dikalahkan di sungai Metaurus sebelum ia bisa menghubungi saudaranya (207).
Romawi mengejarnya hingga turun di Italia selatan, tetapi Hannibal mampu melanjutkan semacam perang gerilya di 'ujung' dari Italia. Sementara itu, Roma menaklukkan Iberia. Namun, seorang komandan muda, Publius Cornelius Scipio, mengambil ibukota Kartago dari Iberia, Cartagena, terkejut dan membawa perang ke akhir yang baik di 206.. Setelah beberapa saat, Scipio dikirim ke Sisilia dan di Mediterania. Ia menemukan sekutu dalam raja Numidian Massinissa , dan menyerang Kartago sendiri. Berbeda dengan Senat Romawi, yang tidak panik ketika Roma diserang oleh Hannibal, pemerintah Kartago itu kecewa dan menyerahkan kekuatan. 
Kemunduran Hannibal
Pertempuran yang menentukan dari Perang Phunisia Kedua, berkat kerja keras Romawi, yang tidak berjuang di tanah Italia, tapi di Afrika. Setelah keterlibatan beberapa pendahuluan, tentara Scipio dan Hannibal bentrok di Zama (19 Oktober 202). Hannibal mencoba mengulangi taktik Cannae, tetapi Scipio telah memiliki kavaleri lebih baik dari empat belas tahun sebelumnya. Segera saja Scipio mengatur pasukannya dan menyiapkan taktik. Ketika ia mendengar Hannibal akan sudah tiba di pegunungan Alpen, ia merasa inilah saat yang tepat untuk menghancurkan Hannibal. Ia menghambat jalur komunikasi Hannibal dengan Phunisia, dan bersiap menghancurkan serangan laut kebih dahulu.
Hannibal yang telah melewati pegunungan Alpen, berharap Romawi lengah. Sebab ia tahu pasukan lautnya telah menyerang, dan ketika Romawi sibuk dengan serangan itu, ia siap menyerang dari belakang. Tapi ia tak tahu siapa komandan baru Romawi, dan ia lebih tak tahu lagi apa yang telah terjadi dengan pasukan lautnya. Dengan penuh keyakinan ia maju, dan kaget ketika pasukan Romawi telah menunggunya. Pasukannya yang lelah setelah menyebrangi pegunungan Alpen pun hancur lebur di tangan Scipio. Dan ia kalah. Tapi yang lebih terluka adalah hatinya. Tak pernah bisa memenangkan pertempuran ini.
Hannibal dan Kartago dikalahkan. Hannibal melarikan diri ke Kartago, dimana dia menyarankan negosiasi. Pada 201, damai ditandatangani:. Roma menuntut armada Kartago, pengakuan penaklukan Romawi di Iberia, dan ganti rugi tidak kurang dari 10.000 bakat, harus dibayar dengan angsuran tahunan lima puluh. Hannibal terpaksa mengundurkan diri sebagai jenderal.
Perekonomian Kartago hancur dan 196 orang Kartago Hannibal memilih sebagai suffete . Dalam kapasitas ini, Hannibal mempromosikan demokrasi moderat, mereorganisasi pendapatan, dan mengambil langkah-langkah untuk merangsang pertanian dan perdagangan. Namun, reformasi konstitusi terpotong sayap aristokrasi mendarat; anggotanya informasi Senat Romawi rencana Hannibal untuk sekutu Kartago dengan Seleukus Kekaisaran (yaitu, Turki, Suriah, Palestina, Irak dan Iran), mereka menyarankan bahwa Hannibal ingin menyerang Italia kedua kalinya, jika hanya Seleukus raja Antiochus III yang Agung memberinya tentara. Tidak diketahui apakah tuduhan ini benar, tetapi ketika Roma mengirimkan komisi penyelidikan, Hannibal melarikan diri ke Antiokhia , ibukota Kekaisaran Seleukus. Dia telah berkuasa selama kurang dari setahun. Rumahnya hancur[8].
Pada tahun-tahun, baik Roma dan raja Seleukus menunjukkan minat di Yunani dan Macedonia. Roma mengalahkan raja Philip Kedua Perang Macedonia (200-197), dan tiba-tiba teringat pasukan mereka - meninggalkan Yunani terlindungi terhadap invasi Seleukus). Antiokhus yang menelan umpan dan menginvasi Yunani (192. Dalam Perang Suriah , Hannibal disarankan Antiokhus untuk menyerang Italia. Sangat mudah untuk menebak siapa yang menjadi komandan pasukan ekspedisi. Sebaliknya, dia diberi perintah angkatan laut kecil, ia dikalahkan dalam pertempuran laut off Side oleh sekutu Rhodes maritim Roma (190).
Roma ditimbulkan atas kekalahan yang menghancurkan musuh di dekat Magnesia, dan Antiokhus harus menerima bahwa apa yang sekarang Turki akan ditambahkan ke kerajaan kecil Pergamon, sekutu Romawi (Perdamaian Apamea, 188). Salah satu gubernur Seleukus merdeka: namanya Artaxias dan dia menyatakan dirinya sebagai raja Greater Armenia. Hannibal, yang hidupnya dalam bahaya ketika ia tetap di pengadilan Suriah, tinggal dengan Artaxias, yang mengikuti saran untuk membangun sebuah ibukota baru, Artaxata (Yerevan modern).
Kemudian, Hannibal harus melarikan diri lagi: kali ini, ia menemukan perlindungan di istana raja Prusias I Bitinia, yang ia mendukung dalam perang melawan raja Pergamene Eumenes II Soter . Sebagai seorang laksamana, maka Kartago merayakan kemenangan terakhir, mengalahkan armada Pergamene (184).
Ia pulang ke Kartago dengan membawa sejumlah laporan. Perjalanan 15 tahunnya hanya membawa kekalahan baru. Namun, Roma campur tangan dalam menyokong Pergamon, dan Hannibal meracuni dirinya sendiri untuk menghindari ekstradisi (musim dingin 183/182). Tapi disisi lain Scipio mempersiapkan pukulan terakhir bagi Phunisia. Maka Phunisia yang mentalnya sedang lemah karena kekalahan pasukannya dengan mudah dihancurleburkan Romawi. Dan Phunisia pun perlahan lenyap dari muka bumi. Dan Hannibal hanya bisa menangisi kekalahannya.
Tapi namanya tak pernah benar-benar lenyap. Keberaniannya, kepeloporannya sebagai yang pertama membawa pasukan besar melintasi pegunungan Alpen selalu dikenang sejarah. Dan kekalahan tak selalu membuat pelakunya tak diingat sejarah. Bukan kemenangan yang akan diingat, tetapi usaha pencapaian ini. Sejarah tak selalu dipenuhi nama pemenang, tetapi mereka yang melakukan sesuatu yang luar biasa bagi peradaban ini.


[1] Sumobroto, Sugiharjo. 1989. Sejarah Peradaban Barat Klasik dari Pra Sejarah Hingga Runtuhnya Romawi. Yogyakarta :Liberty. Halaman  41
[2] Ibid hal 41
[3] Knoles, Geoerge H. 1960.  Readings In Western Civilizations 3rd Edition, , New York : Jd Lippincot Company hal 238

[4] Hursey, C. World Civilizations, New York :WW Norton & Company hal 239

[5] Hursey, C. World Civilizations, New York :WW Norton & Company hal 240

[6] Hursey, C. World Civilizations, New York :WW Norton & Company hal 241

[7] Kuiper, Katleen ( ed ) . Ancient Rome,  From Romulus and Remus to The Visigoth Invasion,  New York :Britannica Educational Publishing hal 41
[8] Kuiper, Katleen ( ed ) . Ancient Rome,  From Romulus and Remus to The Visigoth Invasion,  New York :Britannica Educational Publishing hal 42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar