Selasa, 10 Januari 2012

TJOKROAMINOTO DAN OBSESI PERSATUANNYA

Pemikiran Tjokroaminoto tentang persatuan setidaknya mampu menjadi inspirasi bagi murid murid beliau semacam Soekarno, Semaun bahkan SM Kartosuwiryo, tiga tokoh besar yang memiliki pandangan berbeda.Tjokroaminoto memang tokoh besar dalam politik di awal abad ini. Sepak terjangnya dalam pergerakan Nasional lewat Sareket Islam membawa dampak besar bagi perjalanan sejarah negeri ini. Beliau telah membangkitkan kesadaran anak bangsa akan hak haknya sekaligus menimbulkan perlawanan terhadapa kaum penjajah.
Rakyat yang tertindas oleh penjajah kolonial Belanda secara ekonomi dan politik telah mengusik pemikiran dan hatinya. Tjokroaminoto pun ‘mengejawantahkan’ kegundahan hatinya melalui statemen, “Negara dan bangsa kita tidak akan mencapai kehidupan yang adil dan makmur, pergaulan hidup yang aman dan tenteram selama ajaran-ajaran Islam belum dapat berlaku atau dilakukan menjadi hukum dalam negara kita, sekalipun sudah merdeka. Beliau juga mengatakan bahwa saat itu telah terjadi Jahiliah modern. “Kalau alat-alat pemerintah RI yang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, baik pihak pejabat sampai bawahan, sudah tidak takut lagi kepada hukuman Allah, yakinlah negara akan rusak dan hancur dengan sendirinya. Sebab, segala perbuatan jahat, korupsi, penipuan, suap dan sebagainya yang secara terang-terangan merugikan negara, dilakukan dengan aman oleh mereka; rakyat yang menjadi korban.

Apa yang disampaikan oleh Tjokroaminoto tampak jelas bahwa syariah Islam dijadikan sebagai landasan pikiran, perasaan dan hatinya. Tjokroaminoto juga menyatakan, “Tidak bisa manusia menjadi utama yang sesungguhnya, tidak bisa manusia menjadi besar dan mulia dalam arti kata yang sebenarnya, tidak bisa ia menjadi berani dengan keberanian yang suci dan utama, kalau ada banyak barang yang ditakuti dan disembahnya. Keutamaan, kebesaran, kemuliaan dan keberanian yang sedemikian itu hanyalah bisa tercipta karena ‘tauhid’ saja. Tegasnya menetapkan lahir batin: tidak ada sesembahan melainkan Allah saja.
Menyimak pemikiran Tjokroaminoto , harus dirujuk bagaimana awal dari pengaruh yang didapat. Dimulai dari pengaruh Pan Islamisme dari Jamaluddin Al Afghani yang menjadikannya seorang modernis Islam yang menggunakan alam pikiran modern sebagai kerangka berpikir dan pisau analisa dalam mengupas ajaran ajaran Islam. Dr A.P.E Korver berpendapat Tjokroaminoto adalah seorang modernis Islam yang mempelajari agamanya dari sumber sumber kedua , yakni buku buku berbahasa Inggris dan Belanda. Hal ini terlihat karena kelemahannya dalam bahasa Arab dan konsep pemikirannya yang tidak mengacu pada literature Islam Klasik. Disimpulkan pula bahwa pendidikan agamanya bukan diperoleh dari pesantren yang menekankan fiqh, tetapi dari menekankan pada segi kemasyarakatan dengan analisa berfikir ala Barat.
Memang pada awalnya sulit menentukan penelusuran dari pemikiran Tjokroaminoto. Salah satu sumber yang bisa dipakai adalah buku karangan beliau yang berjudul Islam dan Sosialisme . Buku ini ditulis ketika Sarekat Islam mulai disusupi komunis, karena seperti dari isinya lebih cenderung kepada menjelaskan unsure unsure sosialisme dalam Islam yang telah ada sejak dulu. Sesungguhnya, ia mencoba mengeksplorasi pondasi-pondasi dasar kemanusiaan dalam Islam dengan tekanan-tekanan revolusioner. Ia tidak berhenti pada wacana, tapi sudah masuk pada aksi yang dilakukan secara massif dengan kekuatan-kekuatan revolusioner. Islam adalah agama praksis, yaitu sebuah ajaran yang menggerakkan umat manusia untuk memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan di muka bumi. Islam bukanlah lembaran-lembaran ayat yang dibaca setiap hari tanpa meberikan makna yang berarti bagi perbaikan kondisi sosial. Sejarah kehidupan Nabi Muhamad telah menunjukkan bahwa Islam adalah agama perjuangan, yaitu dengan jalan menghalau berbagai kekuatan kapitalis yang mengeksploitasi masyarakat Mekkah pada saat itu.
Bagi Tjokroaminoto, Islam merupakan pengikat yang kuat bagi persatuan bangsa. Akan tetapi belum ada rasa persatuan kebangsaan antara suku suku di Indonesia. Islam dipilih sebagai pemersatu, karena jelas di Indonesia tidak ada yang mau dipandang bukan orang Islam, meskipun sedikit sekali pengetahuan tentang agamanya. Pentingnya persatuan ini, digambarkan sebagai sebuah langkah pertama dalam mewujudkan suatu “ natie “. Perlahan lahan akan dicapainya sebuah jalan evolusi yang bertujuan agar orang Indonesia punya kesempatan untuk menentukan jalan pemerintahan dan diberi hak untuk mengemukakan suara dalam masalah politik.
Cita cita persatuan ini dipegang teguh oleh Tjokroaminoto hingga akhir hidupnya. Ini pula yang menyebabkan perpecahan dalam gerakan yang dipimpinnnya. Karena ketidaktegasan dalam hal hal yang pirinsip seperti persoalan sesuai tidaknya komunisme dengan Islam dan nasionalisme. Keinginan akan persatuan yang begitu besar terkadang menjadi boomerang. Beliau terlihat berusaha menyesuaikan dengan lingkungan demi persatuan, sampai menyebut dirinya sendiri seorang komunis. Hal ini menimbulkan banyak kekecewaan di kalangan pendampingnya, Abdul Moeis salah satunya, yang akhirnya mundur dari Sarekat Islam. Sarekat Islam sendiri pada akhirnya terpecah menjadi 2, yaitu Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. Pengaruh Marxisme sendiri membuat Tjokroaminoto kewalahan. Akhirnya Cita cita persatuan yang digaungkan sejak lama, perlahan lahan terkikis oleh perbedaan antara golongan Islam dan Sosialis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar